wa-icon
Telusuri Nilai dan Makna Pada Kain Songke, Kain Khas Labuan Bajopendidikan

Telusuri Nilai dan Makna Pada Kain Songke, Kain Khas Labuan Bajo

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan segala keindahannya, baik dari segi adat budaya hingga kerajinan warga masyarakat setempat. Kain Songke merupakan kain tenun khas Labuan Bajo yang menjadi kerajinan lokal dan mampu memukau banyak wisatawan melalui keunikan motif serta makna yang terkandung di dalamnya.

Dengan begitu banyak keunikan serta makna yang terkandung di dalam kain khas Labuan Bajo ini, Kali ini SIP Travel ingin mengajak para pembaca untuk menelusuri nilai dan makna yang terdapat pada setiap motif di Kain Songke sebagai kain tenun khas Labuan Bajo.

1. Apa Itu Kain Songke?

Kain songke merupakan kain tenun khas masyarakat Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang berada di sisi barat Pulau Flores. Kain ini biasanya selalu wajib hadir untuk digunakan oleh penduduk sekitar pada setiap acara adat penting seperti pernikahan. Selain digunakan untuk kebutuhan pakaian pribadi dan acara-acara penting, kain ini juga dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi oleh masyarakat manggarai

Kain Songke lahir sebagai identitas serta cerminan karakteristik dari masyarakat Manggarai. Berdasarkan cerita rakyat yang tersebar secara turun temurun, sejarah kain songke tersebut sebenarnya berasal dari kisah Kesultanan Gowa yang sempat berjaya di daratan Flores sekitar tahun 1613-1640. Hal ini kemudian menjadi sebuah inisiasi terbentuknya budaya baru bagi warga Manggarai terutama dalam segi aspek berpakaian serta kain yang digunakan.

Para pria akan mengenakan kain songke yang biasanya dikombinasikan dengan destar atau ikat kepala sebagai peci khas daerah Manggarai. Sedangkan untuk wanita, songke dikenakan dengan atasan kebaya. Kain tenun ini juga dipakai dalam beberapa tradisi budaya, misalnya pada tarian caci, mas kawin (belis), bahkan untuk membungkus jenazah.

2. Mengetahui Perkembangan Kain Songke

Kain Songke Manggarai telah mengalami beberapa perkembangan yang memudahkan para penenunnya dalam memproduksi kain songke. Awalnya tradisi membuat kain tradisional ini diwariskan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi baik dari teknik pembuatannya maupun nilai dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Kain Songke pada umumnya mempunyai persamaan yakni cenderung berwarna dasar hitam (miteng) dan kainnya agak tebal dan berat.

Corak warna dan gambar yang terdapat pada kain ini, tidak dibuat secara asal-asalan, tetapi mengandung makna tertentu yang tersirat dalam kain Songke tersebut. Salah satu alasan mengapa kain Songke bernilai tinggi, dikarenakan terdapat harga dan pemaknaan budaya yang memiliki nilai keindahan tersendiri.

Pada proses pembuatan Songke di tahun 2005, penenunan Songke awalnya berasal dari pemintalan kapas oleh para penenun, yang kemudian para penenun mengambil kapas di ladang dan memintanya sendiri sehingga menjadi barang setengah jadi. Pewarnaan benang pintal biasanya dilakukan sendiri oleh penenun dengan meracik warna benang yang berasal dari tumbuhan alami seperti tumbuhan tao.

Sedangkan pada proses pembuatan songke di tahun 2017, proses pembuatan Songke seperti memintal benang dan mewarnai sudah tidak dilakukan lagi oleh para penenun. Hal itu dikarenakan, saat ini masyarakat dapat membeli benang jadi di toko dengan berbagai pilihan warna, sehingga penenun tidak perlu meracik warna benang yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan alami lagi.

3. Menulusuri Makna yang Terkandung Pada Motif Kain Songke

Secara umum, kain songke memiliki ragam corak yang indah dan terdapat konsep struktural yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Timur dari dahulu sampai dengan sekarang. Bukan hanya itu, pemilihan warna dasar hitam pada kain songke juga dipercaya sebagai lambang kebesaran, keagungan, serta kepasrahan bahwa semua manusia akan kembali kepada Sang Pencipta. Sedangkan, untuk warna benang yang digunakan pada kain ini biasanya memiliki kesan mencolok, seperti merah, kuning, putih, dan jingga.

Sehelai kain songke tidak hanya berfungsi untuk memperindah diri, namun juga merupakan benda warisan budaya yang memiliki substansi dalam mengekspresikan nilai-nilai luhur serta kekayaan bangsa. Setiap motif yang digunakan mengandung berbagai arti, kearifan lokal, serta harapan rakyat Manggarai dalam mencapai kesejahteraan hidup. Berikut ini ringkasan tentang motif serta makna yang terkandung di dalam kain tenun Labuan Bajo:

  • Wela Kawu (Bunga Kapuk) : Bermakna keterkaitan antara manusia dengan alam sekitar
  • Ranggong (Laba-laba) : Bermakna kejujuran dan kerja keras
  • Jul’l (Garis-garis) : Bermakna keberakhiran dari segala sesuatu
  • Ntala (Bintang) : Bermakna harapan yang dikumandangkan dalam doa agar senantiasa tinggi sampai ke bintang
  • Wela Rungu (Bunga Runu) : Bermakna orang Manggarai bagaikan bunga kecil namun mampu memberikan keindahan serta kehidupan di tengah-tengah kefanaan dunia
  • Jok (Lolo Cumbi): Bermakna keterkaitan hubungan vertikal antara manusia dengan tuhan dan hubungan horizontal antara manusia dengan sesama dan alam semesta

4. Mempelajari Proses Pembuatan Kain Tenun Labuan Bajo

Dalam proses pembuatan kain songke ini masih dilakukan secara konvensional. Pertama, dimulai dengan membuat benang jahit serta benang tenunnya yang berasal dari kapas kering yang dipanen secara langsung dari pohon masyarakat setempat. Kegiatan pemintalannya memanfaatkan alat pemintal tradisional yang dikenal dengan sebutan gasong. Pada ujung kayu akan dililitkan kapas dan gasong tersebut kemudian diputar, sehingga benang menjadi seperti dipintal sembari jari tangan sebelah kiri menyambung kapas-kapas yang terpisah. Proses tersebut mampu membuat kapas bertransformasi menjadi benang.

Hasil benang tersebut lalu dililitkan pada tubuh gasong sampai alat tersebut benar-benar tidak terlihat kayu tengahnya serta terasa berat. Setelah itu,dilakukan pemindahan ke woer sebagai alat yang dapat membentuk gumpalan seperti bola. Lazimnya, untuk membuat kain tenun Labuan Bajo maka diperlukan benang berwarna hitam yang dibuat dari pohon nila dan arang. Benang tersebut dibuat menjadi mal kain dengan alat bantu yang bernama Wenggi. Dalam membuat mal songke, dibutuhkan 2 orang penenun yang duduk di dalam mal lalu mengaitkan benang pada kayu yang dijadikan lebar, dengan proses yang dimulai dari samping kiri atau kanan.

Setelah itu, mal songke akan dipindahkan ke alat tenun tradisional dan dilanjutkan dengan kegiatan penenunan benang hingga menjadi sehelai kain songke. Proses tersebut memerlukan waktu yang cukup lama bahkan hingga berbulan-bulan, tergantung pada beberapa faktor seperti jenis motif yang digunakan, ketersediaan benang, serta kemahiran si penenun.

Kesimpulan

Dari artikel yang telah dibahas ini, dapat disimpulkan bahwa kain songke merupakan kain tenun khas labuan bajo yang menjadi kerajinan lokal dari masyarakat manggarai serta digunakan pada acara-acara penting seperti pernikahan. Kain songke juga memiliki banyak makna pada setiap motifnya, sehingga menjadi benda warisan budaya yang memiliki substansi dalam mengekspresikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal.

Terima kasih karena sudah membaca artikel ini, semoga informasi yang telah diberikan dapat bermanfaat dan menambah wawasan anda tentang kain Songke sebagai kain tenun khas labuan bajo.

Article Terbaru

5 Hal yang Wajib Diketahui Sebelum Liburan ke Bali
5 Hal yang Wajib Diketahui Sebelum Liburan ke Bali

09 Okt 2024

5 Kuliner Khas Bali yang Lezat & Wajib Dicoba
5 Kuliner Khas Bali yang Lezat & Wajib Dicoba

07 Okt 2024

Rekomendasi 5 Hotel Bali yang Terbaik dan Menarik Dikunjungi
Rekomendasi 5 Hotel Bali yang Terbaik dan Menarik Dikunjungi

07 Okt 2024

Rekomendasi 5 Pantai di Bali yang Menarik Dikunjungi
Rekomendasi 5 Pantai di Bali yang Menarik Dikunjungi

03 Okt 2024

Jelajahi 7 Destinasi Wisata di Bali yang Menarik Dikunjungi
Jelajahi 7 Destinasi Wisata di Bali yang Menarik Dikunjungi

03 Okt 2024

siplawfirm
SIP Travel dengan legalitas PT Salsabila Indonusa Palapa telah melayani klien hingga 10 tahun sejak tahun 2013. Dengan pengalaman sebagai penyedia jasa wisata dengan klien dari berbagai perusahaan swasta maupun pemerintah SIP Travel terus mengembangkan produk dan layanannya. Pada akhir tahun 2022, SIP Travel membuat kampanye #SemuaIkutPergi.